1
Apperception
2
Introduction
3
Explanation
4
Exercise
5
Presentation
6
Reflection
SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN CReW-A
Apperception
1
Apperception
Tahap ini adalah mahasiswa diminta untuk mengingat-ingat kembali materi-materi lama yang telah dipelajari yang ada kaitannya dengan materi yang akan dilakukan. Misalnya jika materi kinematika yang akan diajarkan, maka mahasiswa diminta mengingat-ingat materi tentang besaran dan satuan dari kecepatan, percepatan, dan lain-lain, melalui pertanyaan-pertanyaan. Proses pada kondisi mahasiswa menganalisis informasi tentang konsep-konsep lama dan mengaitkan dengan materi yang akan di lakukan nanti akan menumbuhkan keterampilan menganalisis. Krathwohl et al., (2002) menjelaskan bahwa salah satu indikator dari kemampuan menganalisis adalah kemampuan dalam menghubungkan serta menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya. Kegiatan dalam menganalisis dan menghubungkan konsep teori lama dengan pembelajaran yang akan dilakukan merupakan kegiatan yang tepat dalam melatihkan kemampuan menganalisis.
Beberapa peneliti sebelumnya juga ada yang telah menggunakan tahap yang sama dengan yang ada di dalam model pembelajaran CReW-A khususnya pada tahap Apperception. Seperti pada penelitian Zurweni, Wibawa, & Erwin (2017) yang mengembangkan model pembelajaran collaborative-creative menggunakan media laboratorium virtual untuk kuliah kimia analitik instrumental. Di dalam tahapan model pembelajarannya mereka memasukkan tahapan apperception pada awal pembelajaran. Model pembelajaran collaborative-creative ini telah sukses mengembangkan pembelajaran abad 21 dengan sistem pembelajaran utama kolaborasi-kreatif. Hal ini bersesuaian dengan model pembelajaran CReW-A yang memiliki tujuan yang sama dalam membelajarkan abad 21.
Introduction
2
Introduction
Instroduction adalah tahap eksplorasi informasi. Dosen memberi stimulus dengan berbagai informasi agar mahasiswa menelaah tentang dunia nyata. Mahasiswa harus diberi bekal tentang dunia fisika di alam nyata, agar kegiatan pembelajaran yang berlangsung mahasiswa tidak salah dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam kegiatan ini dosen juga memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang mahasiswa untuk dapat kembali mengingat fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari. Dosen juga dapat merangsang kebutuhan teknologi dalam dunia nyata yang saat ini banyak di gunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Proses dalam mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang dirangsang dosen dapat melatihkan kemampuan analisis mahasiswa. Sedangkan proses dalam mengembangkan dan mengelaborasi ide yang mereka dapatkan setelah dosen merangsang beberapa pertanyaan, ini dapat menumbuhkan kemampuan kreativitas. Adapun ketika mahasiswa dapat menunjukkan beberapa solusi teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dangan fisika, ini dapat melatihkan mahasiswa dalam kemampuan memecahkan masalah. Dikarenakan pembelajaran ini bersifat kolaboratif, dosen melakukan pembagian kelompok pada tahap ini.
Model pembelajaran yang cukup terkenal ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) juga memasukkan Introduction sebagai pokok dalam tahap pembelajaran. Beberapa penelitian (Hasibuan & Wiena, 2016; Jusuf, Sopandi, Wulan, & Sa’ud, 2019; Wahyudin, 2010) menggunakan model ini untuk beberapa penelitian utama, di mana salah satu digunakan dalam meneliti peningkatan penilaian literasi sains berpikir kreatif (Jusuf et al., 2019). Selain itu ada model Problem Based Introduction (PBI) yang memasukkan Introduction sebagai tahap dalam model pembelajaran dalam penelitiannya (Bell, 2012; Munir, 2015; Varianita, 2016).
Explanation
3
Explanation
Pada tahap ini, mahasiswa diberikan bekal tentang alur kerja dalam pembelajaran. Jika dosen menggunakan media dalam pembelajaran, maka tahap ini dosen mendemonstrasikan alat media yang digunakan dalam pembelajaran, agar mahasiswa mengetahui pola penggunaan media. Dalam penelitian yang dilakukan ini, dosen memperagakan media sensor interface dan video untuk dapat dianalisis menggunakan komputer. Pada kegiatan ini mahasiswa juga diikutsertakan dalam melakukan demonstrasi, seperti bagaimana cara pengambilan video dan tepat dan benar. Dosen memberikan informasi penting tentang media yang digunakan, agar mahasiswa tidak salah dalam mengambil objek yang diambil dari dunia nyata. Selain itu pada tahap ini dosen juga membekalkan beberapa konsep penting yang digunakan dalam materi pembelajaran. Konsep yang diberikan nantinya dihubungkan ke sistem penggunaan media. Sehingga konsep tidak hanya sekedar teori saja, namun mengetahui cara pengaplikasian dalam sistem kerja media dan dunia nyata. Pada saat proses menghubungkan teori dengan media pembelajaran, serta pengaplikasian media video analisis dan interfaces analisis, mahasiswa secara tidak langsung telah dilatihkan dalam pengembangan kemampuan analisis. Serta pada saat proses menerapkan teori atau persamaan dari kasus yang di berikan pada saat penggunaan di media, pengalaman kemampuan pemecahan masalah juga di dapatkan mahasiswa pada tahap ini.
Jika dihubungkan dengan teori lama terkait model pembelajaranm 5E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan oleh peneliti (Kazempour, Amirshokoohi, & Blamey, 2020; Suwito, Budijanto, Handoyo, & Susilo, 2020) dalam melihat tingkat prestasi calon guru. Model pembelajaran ini juga menerapkan tahap Explanation dalam salah satu alur pembelajarannya. Selain itu ada juga model Explanation-Based Learning. Model pembelajaran ini sudah cukup lama dikembangkan, namun berperan penting dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Dejong, 1986; Ellman, 1989; Keller, 1988; Minton et al., 1989; Tasso, Fum, & Giangrandi, 1992).
Exercise
4
Exercise
Exercise adalah tahap yang paling penting dalam model pembelajaran ini. Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa yang berupa lembar kerja yang berkaitan tentang analisis dan pengamatan dunia nyata. Mahasiswa dengan modal ilmu yang telah dijelaskan sebelumnya, diminta untuk mengambil informasi dari dunia nyata/alam sesuai dengan kreativitas yang dimilikinya. Mereka bekerja dalam kelompok, namun tugas dilakukan secara individu, setiap mahasiswa menunjukkan hasil kreasinya yang berbeda-beda. Pada tahap ini, mahasiswa menguasai alur dari model pembelajaran. Tugas dosen pada tahap ini hanya sebagai fasilitator, jika mahasiswa mengalami kendala maka dosen wajib memberikan solusi yang tepat.
Pada tahap ini, proses dilakukan di dua lokasi, yaitu di kelas dan di luar kelas. Pada saat di kelas, mahasiswa masih diminta untuk melakukan diskusi terlebih dahulu dengan rekan satu timnya untuk membicarakan strategi video apa yang tepat untuk dijadikan sebagai subjeknya. Sedangkan pada saat di luar kelas mereka telah memasuki proses pengerjaan tugas untuk pengambilan video. Setidaknya proses kemampuan analisis, kemampuan kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah dilatihkan pada tahap ini. Kemampuan tersebut mereka dapatkan saat bisa menghubungkan teori dengan dunia nyata, proses saat mereka mencari ide video yang tepat, proses saat mereka dapat menggunakan teori dan persamaan, serta proses saat mereka menganalisis data dan menghubungkan grafik.
Tahap pembelajaran Exercise dan Presentation juga digunakan dalam model pembelajaran ROPES. Jika di jabarkan, ROPES merupakan bentuk akronim dari tahap pembelajaran review, overview, presentation, exercise, dan summary. Desain pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Selain itu cocok digunakan dalam desain pembelajaran instruksional teknologi interaktif (Hooper & Hannafin, n.d.) dan pemecahan masalah (Lohmay, 2015).
Presentation
5
Presentation
Presentation adalah tahap mahasiswa menunjukkan hasil karyanya yang diambil dari dunia nyata. Setiap kelompok menunjukkan informasi dan data yang telah mereka ambil. Setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut juga menunjukkan informasinya sesuai dengan kreativitasnya, meskipun hasil datanya bisa kemungkinan sama. Pada saat proses presentasi mereka juga diminta untuk menunjukkan hasil laporan lembar kerjanya. Pada laporan tugas beberapa diminta untuk memberikan judul dan deskripsi yang berbeda dengan satu tim kerjanya. Sehingga dalam hal ini mereka dilatihkan dalam kemampuan kreativitas untuk menghasilkan tugas yang tidak umum dari satu tim rekannya. Pada proses tahap ini mahasiswa juga diminta untuk menunjukkan analisis data berupa teori dan persamaan, sehingga hasil akhirnya mereka memperoleh kemampuan dalam memecahkan masalah.
Tahap model presentation sering dijumpai dalam beberapa tahap model pembelajaran seperti model Problem Based learnig (PBL), Guided Discovery Learning, Diskusi-Presentasi, dan lain-lain. Tahap presentation ini banyak terbukti dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Ernawati, 2017; Gunantara, Suarjana, & Riastini, 2014; Winardi, 2016) dan kemampuan analisis (Novita, Santosa, & Rinanto, 2016; Study, Konsep, & Kritis, 2016).
Reflection
6
Reflection
Tahap akhir dalam model pembelajaran ini adalah Reflection. Dosen mengkonfirmasi kepada mahasiswa konsep-konsep penting apa yang saja yang telah dipelajari. Di tahap ini juga dosen memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Tahap ini termasuk penting, karena proses pembelajaran ini akan mempengaruhi pada pembelajaran selanjutnya, sehingga tahap ini tidak boleh di tinggalkan. Pada proses reflection dosen kembali mengingatkan beberapa konsep teori, kembali memberikan analisis informasi singkat, serta mengevaluasi kembali kebenaran dari tindakan-tindakan sebelumnya. Sehingga pada tahap ini mahasiswa secara tidak langsung dilatihkan dalam kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah.
Tahap pembelajaran Reflection menjadi sebuah salah satu tahap yang amat penting dalam pembelajaran. Melalui tahap Reflection menjadikan siswa lebih yakin atas materi yang diajarkan. Bahkan tahap Reflection hadir dalam tahapan model pembelajaran eksperimental Kolb. Model ini juga terbukti dapat menjelaskan fenomena fisis (Jannati, Mesin, & Majalengka, 2016). Selain itu model tersebut juga pernah digunakan dalam penerapan pembelajaran berbasis visualisasi virtual (Wahyuni, 2015).